Sabtu, 17 Januari 2009

SEJARAH HMI

SEJARAH HMI

A. PENGERTIAN SEJARAH
Sejarah adalah peristiwa masa lalu, ilmu sejarah adalah ilmu yang mempelajari dan mengungkap tentang peristiwa/kejadi yang terjadi di masa lalu. Mempelajari sejarah penting artinya dalam rangka mengambil hikmah dari sebuah proses yang telah berlangsung agar dapat diketahui hal-hal apa saja masih dapat diterapkan unutk saat ini dan kedepan, serta hal-hal apa saja yang tidak boleh diulangi lagi sebagai suatu pengalaman dari sebuah dinamika kehidupan.
B. LATAR BELAKANG LAHIRNYA HMI
1. Situasi dunia Internasional

Jatuhnya kerajaan Romawi maka muncullah sistim Feodal dari masyarakat dan muncullah negara-negara kecil. Paham feodal hancur setelah ada revolusi industri di Inggris, Prancis, dan revolusi Amerika memunculkan paham sekularisme berupa liberalisme (demokrasi) dan marxisme (komunis).
Awal abad ke-20 merupakan momentum ummat Islam dalam membebaskan diri dari penjajahan, dan merupakan jalan untuk melepaskan diri dari lingkungan kolonialisme barat. Dengan kata lain hampir semua negara islam pada awal abad ke-20 menghadapi realitas adanya tarik menarik antara kepentingan memperjuangkan islam sebagai prinsip negaranya.
Sesuai perang Dunia II seluruh negara di dunia terlibat dalam perang idiologi yang sangat besar di mana setiap negara berusaha untuk mempengaruhi dan merubah keyakinan negara-negara lain menurut keyakinan dan kepercayaan mereka. Perang idiologi ini disebut juga dengan perang dingin antara blok barat dan blok timur yaitu idiologi orientalis yang di anut negara-negara kolonial (liberalisme) dan idiologi sosialisme yang di anut negara-negara jajahan yang baru merdeka (Blok timur).
2. Situasi negara RI sebelum lahirnya HMI
Sejak tahun 1599 Indonesia dijajah oleh Belanda, penjajahan itu disertai dengan misi dan zending, membawa peradaban barat dengan ciri sekularisme, liberalisme, yang sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat Indonesia. Sesuai dengan arus gelombang pergerakan kemerdekaan 17 agustus 1945 maka seluruh potensi, biaya, dan perhatian dikerahkan untuk membebaskan diri dari penjajahan guna memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
3. Kondisi ummat islam waktu itu
o Ortodok/konservatif/fundamentalis yaitu mencontoh secara utuh segala perilaku pembawa agama.
o Golongan sufi yang terlalu membenci kehidupan duniawi
o Kelompok mayoritas yaitu 90%
Adanya percampuran adat istiadat, dan budaya antara penduduk pribumi dan kebudayaan baru yang berasal dari tempat dan agama lain menimbulkan polemik tersendiri bagi ummat islam, maka lahirlah beberapa organisasi dan aliran agama islam, seperti SDI (Sarikat Dagang Islam), Muhammadiyah, PERSIS (Persatuan Islam), PUI (Persatuan Ummat Islam), karena kondisi bangsa yang masih dalam keadaan perang maka ummat islam sebagai mayoritas penduduk harus menjadi tulang punggung kemerdekaan, dengan dikeluarkan pengumuman pemerintah Nomor: IX tanggal 3 November 1945, yang membawa berdirinya partai-partai, maka bertempat di madrasah Muslimah Muhammadiyah Jl. Taman Sari (S. Parman, no 65 Yogyakarta tanggal 7 November 1945 didirikan Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), sebagai hasil ummat islam muktamar I setelah merdeka, keputusannya adalah :
Ø Mendirikan masyumi sebagai satu-satunya partai politik islam dan tidak boleh lagi mendirikan partai politik islam lain kecuali masyumi
Ø Masyumi-lah yang akan memperjuangkan nasib ummat islam di bidang politik
Ø Organisasi sosial seperti Muhammadiyah, PUI PERSIS, NU, Al Jamiyatul Wasliyah, dll menjadi anggota istimewa masyumi.
Sebelum MASYUMI berdiri, sebulan sebelumnya di balai muslimin Indonesia Kramat Jakarta Pusat oleh mahasiswa-mahasiswi STI didirikan GPII pada tanggal 2 oktober 1945. Dengan keputusan presiden no: 1200 tanggal 17 Agustus 1960 dan dengan Kepres no: 139/1963 GPII dibubarkan.
4. Kondisi perguruan tinggi dan kemahasiswaan yaitu adanya sekularisasi pemikiran dikalangan masyarakat kampus, yang mengeyampingkan pendidikan agama.
Perguruan tinggi di pengaruhi oleh sistem pendidikan barat yang mengarah kepada sekularisme yang meningalkan agama dalam setiap aspek kehidupan ummat manusia. Dari hal tersebut muncul dua golongan masyarakat yaitu satu bersifat ke barat dan yang lain bersifat ke Islam. Di Yogyakarta sudah berdiri PMY (Pergerakan Mahasiswa Yogyakarta) yang bersifat non agama dan non politik dengan pimpinan I adalah Widono Ahmad. PMY adalah anderbauw dari Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang berhaluan Komonis.
Dengan adanya pengaruh sekularisme di kalangan Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, hal ini menyebabkan krisis keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan dalam persepsi pada waktu itu kalau tidak bisa dansa, belum bisa di katakan mahasiswa.
Dengan melihat kondisi di atas Gagasan untuk mendirikan HMI sudah timbul pada bulan November 1946 yang di gerakan oleh Lafran Pane (Mahasiswa tingkat I STI). Sudah beberapa kali diadakan pertemuan antara mahasiswa tapi belum didirikan masih ada yang menentang untuk mendirikan HMI walaupun sudah ada yang menerima.
Pada hari rabu pon 1878 tanggal 5 Februari 1947 M, 14 Robiul Awal 1366 H sudah diprakarsai baik AD, nama organisasi dan tanggal yang telah di rencanakan. Kebetulan mahasiswa-mahasiswa yang menolak berdirinya Organisasi Mahasiswa Islam ini tidak mengikuti kuliah, Lapran Pane dari Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta mencoba menyampaikan ide kepada Rektor (waktu itu A. Kahar Muzakar dan Dekan yaitu Husein Yahya), ternyata ide ini disetujui oleh keduanya. Pada saat kuliah dari Bapak Husein Yahya oleh pemrakarsa jam kuliah tersebut diminta untuk digunakan rapat dan di perbolehkan.
Pada, 5 Februari 1947 di jalan Setyodiningratan No. 5 didirikan HMI dengan tujuan:
1. Mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
2. Menegakan dan mengembangkan ajaran islam.
AD/ART dibuat kemudian, dengan susunan kepengurusan sebagai berikut:
Ketua : Lafran Pane
Wakil Ketua : Asmin Nasurion
Penulis I : Anton Timur Jailani
Penulis II : Karnoto Zakarsyi
Bendahara I : Dahlan Hussin
Bendahara II : Maisaroh Hilal
Anggota : Suwali, Yusdi Ghazali dan Mansyur.
Pemrakarsa pendiri HMI adalah Lafran Pane
Pendiri-pendiri HMI adalah; Lafran Pane, Karnoto Zarkasyi, Dahlan Hussin, Maisaroh Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zairah, M. Anwar, Hasan Basri, Marwan, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi. Pengurus pertama HMI di bentuk tanggal 5 Februari 1947. Pelanjut pengurus yaitu pengurus besar HMI pilihan kongres I HMI.
Ada 2 peristiwa besar yang mengikuti lahirnya HMI:
Maulid nabi Muhammad SAW
o Ditandatanganinya perjanjian Linggarjati
Tujuan HMI waktu itu:
Mempertahankan kemerdekaan negara dan meninggikan derajat bangsa Indonesia (Wawasan Kebangsaan)
o Mensyiarkan Islam (Wawasan Keislaman)
Tujuan ini dikuatkan oleh Jenderal Soedirman pada pidatonya saat Dies Natalis HMI tanggal 5 Februari 1948, bahwa HMI bukan hanya untuk ummat islam tetapi adalah harapan bangsa Indonesia.
Dalam penjabaran tujuan HMI di atas dititik beratkan pada aspek
o Aspek politik
Bangsa Indonesia tidak akan pernah berhasil meraih cita-citanya tanpa ada kemerdekaan
o Aspek Ekonomi
Adanya motivasi untuk pengembangan ekonomi dalam rangka meninggikan derajat bangsa Indonesia
o Aspek Pendidikan
(berhubungan dengan wawasan nasional/nusantara)
o Aspek Kebudayaan
Membersihkan ajaran islam dari unsur-unsur budaya non islam
o Aspek Agama
Meninggikan syiar islam
C. TANGGAPAN TERHADAP LAHIRNYA HMI
Pada tanggal 7 November 1945 diadakan musyawarah ummat islam Indonesia untuk membentuk Masyumi, musyawarah ini menghasilkan 3 putusan:
1. Masyumi sebagai satu-satunya partai politik Islam
2. Tidak membenarkan partai politik islam selain masyumi
3. Partai generasi muda ummat islam menjadi anggota kehormatan partai masyumi
Partai islam menuduh HMI sebagai pemecah belah persatuan ummat, ini dituduhkan oleh masyumi dan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) yang terbentuk pada bulan September 1945. Pada tahun 1948 terjadi pemberontakan PKI di Madiun, HMI terlibat langsung dalam proses penumpasannya dengan membentuk Corps Mahasiswa dibawah pimpinan Ahmad Tirtosudiro (Ketua Umum PB HMI), dan HMI sebagai pasukan Inti (Pati).
Reaksi-reaksi terhadap kelahiran HMI
1. Dari Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
Reaksi dari PMY adalah bersifat idiologis HMI di anggap saingan ketat kehilangan pengaruh serta kekurangan anggota. Mereka memproganda bahwa HMI akan bubar dan mati tapi kenyataannya mereka yang mati dan bubar.
2. Dari GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia)
Reaksi dari GPII bukan bersifat idiologis tapi kurang pengertian. GPII merasa dirugikan. Dikatakan bahwa mahasiswa juga pelajar/pemuda karena GPII ada sekolah pelajar karena itu tidak perlu didirikan organisasi mahasiswa. Sekolah pelajar ini dilepas dan di Yogyakarta didirikan PII (Pelajar Islam Indonesia) tanggal 4 Mei 1947.
3. Dari Pelajar Islam Indonesia (PII)
Di kalangan PII banyak terdapat anggota GPII, maka reaksi terdapat kelahiran HMI terdengar dikalangan PII. Dalam kongres I PII di Surakarta tanggal 14 s/d 16 Juli 1947 Lafran Pane hadir walaupun tidak diundang dan duduk di bagian belakang, tidak di perkenankan berbicara atas nama PB HMI, karena PII menganggap HMI tidak ada. Dan Waktu Konferensi Besar PII di Ponorogo tanggal 4 s/d 6 Nopember 1947. Lafran Pane selaku Wakil Ketua PB HMI dapat hadir walaupun tidak di undang. Masalah HMI telah di tetapkan dalam suatu konferensi dan Lafran Fane di minta untuk menjelaskan.
D. FASE PERJUANGAN HMI
1. Fase Pengokohan (5 Februari – 30 Nopember 1947)
2. Fase pergerakan senjata (1947-1948)
3. Fase pertumbuhan dan pengembangan (1949-1963)
4. Fase Tantangan (1963-1965)
5. Fase ORBA (1965-1968)
6. Fase pembangunan (1969 sampai sekarang)
1. Fase Pengokohan (5 Februari – 30 Nopember 1947)
Fase ini adalah untuk mengkokohkan eksistensi HMI, maka di adakan aktivitas untuk popularisasi organisasi dengan mengadakan cerama, rekreasi, malam kesenian, mendirikan cabang-cabang baru, diantaranya Cabang Klaten, Solo, Malang, dan Yogyakarta. Pengurus terbentuk 5 februari 1947 otomatis menjadi PB HMI dan merangkap pengurus cabang Yogyakarta. Pada tanggal 22 Agustus 1947 diadakan resufhufle Pengurus, MS Mintareja menjadi Ketua PB HMI dan Lafran Pane jadi wakil, 30 Nopember 1947 di adakan kongres HMI.
2. Fase Perjuangan Bersenjata (1947 - 1948)
Semua kekuatan HMI pada fase ini dikerahkan untuk membantu pemerintah ikut aktif dalam perang kemerdekaan baik langsung memegang senjata atau sebagai setaf penghubung. Untuk menghadapi pemberontakan PKI di Madiun 18 september 1948 Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps Mahasiswa (CM) dengan komandan Hartono, Wakil Ahmad Tirtosudiro ikut menumpas PKI dengan mengerahkan anggota pergi kegunung-gunung untuk membantu pasukan pemerintah. Pada tanggal 6 Februari 1948 diadakan resepsi peringatan dies natalis HMI. Panglima Besar Angkatan Perang Jenderal Soedirman, ketika memberikan sambutan dalam acara tersebut, di samping diartikan sebagai Himpunan Mahasiswa Islam juga di artikan Harapan Masyarakat Indonesia.
Pada fase ini perlu dicatat peristiwa bersejarah yaitu di gedung seni Sono Yogyakarta diadakan kongres Muslim Indonesia II yaitu tanggal 20 – 25 Desember 1949 dengan keputusan:
1. Mendirikan badan penghubung, pengkoordinir kerja sama antar segala organisasi islam, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
2. Menyatakan organisasi pelajar islam bernama Pelajar Islam Idonesia.
3. Hanya satu organisasi mahasiswa islam yaitu HMI.
3. Fase pertumbuhan dan pengembangan ( 1949-1963)
Karena akibat ikut terjunnya anggota HMI kegolongan medan pertempuran, maka terjadi kefakuman dalam tubuh HMI. Setelah adanya penyerahan kedaulatan rakyat maka mahasiswa-mahasiswa yamg berminat melanjutkan kuliahnya mulai muncul. Pada tahun 1951 PB HMI pindah dari Yogyakarta ke Jakarta. Yang selalu menggoyang HMI adalah organisasi yang merupakan kaki tangan PKI :
1. CGMI (Central Gerakan Mahasiswa Indonesia)
2. PNI Asih dan 3. IPMI
Sejak tahun 1960 diusahakan mengadakan konsolidasi dan bulan Juli 1961 PB HMI dipindahkan dari Jogyakarta ke Jakarta. Dalam Fase ini diadakan kegiatan sebagai berikut:
1. Pembentukan cabang-cabang baru.
2. Menerbitkan mass media, ceritorium, cerdas, sejak 1 agustus 1954
3. Tujuh kali konggres, delapan kali perubahan AD/ART
4. Pengesahan atribut-atribut HMI ( lambang, bendera, mars, hyimne HMI.)
5. Merumuskan tafsir asasHMI.
6. Pembentukan Badko.
7. Menetapkan Metode Training HMI.
8. Pembentukan lembaga-lembaga HMI.
Menghadapi pemilu 1955, penegakan Independensi HMI, mendesak pemerintah agar mengeluarkan UU Perguruan Tinggi, pelaksanaan pelajaran agama dan mengeluarkan pernyataan bahwa komunisme bertentangan dengan islam dan mengeluarkan konsep peranan agama dalam pembangunan.
4. Fase Tantangan (1963 –1965)
Pada fase tantangan 1963-1965 HMI ikut berpolitik praktis dengan mempelopori KAMI dan KAPPI, tokoh HMI yang turun langsung diantaranya:
1. Abdul Gafur
2. Akbar Tanjung
3. Arif Rahman Hakim (yang gugur pada peristiwa KAMI)
Dendam kusumat PKI timbul sejak pemberontakan PKI Madiun, setelah Masyumi dan GPII di berhasil di paksa bubar oleh PKI, HMI dianggap sebagai kekuatan Ke tiga dari ummat islam.Tujuan pembubaran HMI oleh PKI adalah untuk memotong kader-kader umat islam yang di cetak oleh HMI. Dalih yang di buat oleh PKI untuk membubarkan HMI oleh PKI adalah dengan mengatakan bahwa HMI anti UUD 1945, Pancasila, dan Bungkarno, HMI terlibat PRRI/PERMESTA.
Barisan pengganyang yaitu PKI, PARTINDO, dan PNI beserta anderbauwnya. Di tambah organisasi lain, media masa dan kantor berita ANTARA untuk membuat Publik Opini. Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya melarang HMI di Fakultas tersebut. Memecat HMI dari Perhimpunan Perserikatan Mahasiswa Islam, Menyingkirkan Alumni dari berbagai Instansi, Menuduh HMI membikin onar di mana-mana. Reaksi positif membela HMI, Dewan pertimbangan Agung tidak melarang, Rektor UNBRA mengatakan pelarangan bukan wewenang Universitas. Umat Islam Jember, Presiden merestui HMI,, PSII. HMI bukan Anderbauw MASYUMI. GEMUIS seluruh daerah membela HMI sampai titik darah terakhir. Dalam aksi tuntutan pembubaran HMI barisan PKI membentuk Panitia Aksi Pembubaran HMI, dan Generasi Muda Islam membentuk Panitia Solidaritas Pembelaan HMI. Ketua CC PKI dianugrahi Bintang Mahaputra oleh Presiden Soekarno dan pada hari yang sama GEMUIS mengadakan apel untuk membela HMI dengan membawa sepanduk berbunyi Langkahi Mayat Kami Sebelum Menganyang HMI. Tanggal 15 September 1965 HMI dinyatakan jalan terus.
Pada waktu penutupan II CGMI DN Aidit menghasut masa CGMI dengan mengatakan bahwa soal HMI adalah soal kecil kalau laki-laki tidak bisa membubarkan HMI lebih baik pakai kain saja. CGMI menuntut kepada Bungkarno supaya membubarkan HMI, namun HMI tidak di bubarkan. Tujuan PKI untuk membubarkan HMI tidak tercapai sebelum GESTAPU.
5. Fase HMI Sebagai Pelopor ORBA (1965 – 1968)
Tanggal 1 Oktober 1965 di pagi hari PB HMI menemui Pangdam V Jaya yang menyampaikan pemberontakan itu di lakukan oleh PKI dan HMI siap memberikan bantuan apa saja yang di minta untuk menumpas PKI. Tanggal 25 Oktober 1965 KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) didirikan atas inisiatif wakil Ketua Umum PB HMI Mar’i Muhammad. Tanggal 10 Januari 1966 Tri Tura dicetuskan, Tanggal 11 Maret 1966 PKI dan seluruh organisasi massanya di Indonesia di bubarkan dan di nyatakan sebagai organisasi terlarang. Presiden Soekarno di turunkan dari tahta kepresidenan dan di ganti oleh Soeharto sebagai presiden pada tanggal 12 Maret 1967.
6. Fase Pembangunan Nasional (1968 – Sampai Sekarang)
Partisipasi HMI dalam pembangunan:
o Partisipasi dalam pembentukan situasi dan Iklim
o Partisipasi Hmi dalam pemberian Konsep-Konsep
o Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan-pelaksanan
Perkembangan HMI dari periode ke periode :
o Periode I ( 5 Februari sampai 30 Nopember 1947)
Pengurusnya Lafran Pane, MS Menfareja, Asmin Nasution)
Ketua : Lafran Pane
Wakil Ketua : Asmin Nasution
Penulis I : Anton Timur Jailani
Penulis II : Karnoto Zakarsyi
Bendahara I : Dahlan Hussin
Bendahara II : Maisaroh Hilal
Anggota : Suwali, Yusdi Ghazali dan Mansyur.

o Periode II (1947 –1951)
Pengurusnya MS Menfareja, Ushuliddin Hutagalung, bulan Agustus di ambil aleh oleh Ahmad Tirto Sudiro. Bulan Juli 1948 dipegang Lafran Pane dan sekretarisnya Ahmad dahlan Ranuiharjo. Bulan Juni 1951 PB HMI di pindahkan ke Jakarta di pegang oleh Luknan E. Hakim dan Mutiar Sebagai Sekjen. Bulan Oktober 1951 Ketua Umumnya A. Dahlan Ranuiharjo dan Suyono sebagai Sekjen. Tanggal 15 Desember 1951 di Yogyakarta diadakan kongres darurat yang kemudian dikukuhkan sebagai kongres II hadir empat Cabang, terpilih Ketua Umum Periode 1951 – 1953 adalah A. Dahlan Ranuiharjo.
o Periode III (1951 – 1953)
Ketua Umum A. Dahlan Ranuiharjo dan Sekjennya MR. Nasution, yang merupakan hasil konggres II.
o Periode IV (1953 – 1955)
Deliar Nur sebagai Ketua Umum dan D. Gumanirja sebagai sekjen.
Lambang HMI di ciptakan oleh Ahmat Sadali.

1 komentar:


  1. Bismillahir Rahmanir Rahmanirahim

    https://keep.line.me/s/FBZtesmFRzXU8lAAY_0gzZCzyGsD1CyHSc8T7p9w7a0

    Salam dan renungan

    Web: almawaddah.info

    Kepada;

    Yang dihormati Para rektor universiti, para akademik dan para mufti.

    Tun, Tan Seri/Datuk Seri/Datin Seri/Datuk/Datin/tuan/puan.

    Perkara: "Akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah yang bertentangan dengan al-Qur'an dan ayat-ayat al-Qur'an yang bertentangan dengan akidah Ahli Sunnah Wal-Jamaah" sebagai kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah.info

    1. Tidakkah al-Qur'an itu asazs agama Islam yang diredai oleh Allah dan Rasul-Nya?

    2. Tidakkah Islam itu rahmatan lil Alamin?

    Terima kasih dan 'afwan.

    Daripada;

    Pencinta al-Qur'an sebagai asas agama Islam di Malaysia.







    .....

    BalasHapus

punya kritik atau saran, sok mangga...!